KALENDER
WUKU
Wuku
adalah bagian dari suatu siklus dalam penanggalan Jawa dan Bali yang berumur
tujuh hari (satu pekan). Siklus wuku berumur 30 pekan (210 hari), dan
masing-masing wuku memiliki nama tersendiri. Perhitungan wuku (bahasa Jawa:
pawukon) masih digunakan di Bali dan Jawa, terutama untuk menentukan "hari
baik" dan "hari buruk" serta terkait dengan weton.
Ide
dasar perhitungan menurut wuku adalah bertemunya dua hari dalam sistem
pancawara (pasaran) dan saptawara (pekan) menjadi satu. Sistem pancawara atau
pasaran terdiri dari lima hari, sedangkan sistem saptawara terdiri dari tujuh
hari. Dalam satu wuku, pertemuan antara hari pasaran dan hari pekan sudah
pasti, misalkan hari Sabtu Pon terjadi dalam wuku Wugu. Menurut kepercayaan
tradisional orang Bali dan Jawa, semua hari-hari ini memiliki makna khusus.
Daftar
wuku
Nama-nama
wuku yang tiga puluh didasarkan pada suatu kisah mengenai suatu kerajaan yang
dipimpin oleh Prabu Watugunung. Raja ini beristri Sinta dan memiliki 28 putra.
Nama-nama semua tokoh inilah yang menjadi nama-nama setiap wuku. Setiap wuku
dijaga oleh seorang dewa pelindung, memiliki pohon simbolik, hewan simbolik,
tipe rumah (gedhong), candra ("penciri"), perlambang (dinyatakan
dalam suatu peribahasa), ruwatan-nya (sedekah untuk menolak bala), kala sial
(sengkala bilahi, situasi yang membawa petaka), dan dunung (arah mata angin
yang membawa sial).
Sinta
- Batara Yama (Ahad Pahing - Sabtu Pon)
Landep
- Batara Mahadewa (Ahad Wage - Sabtu Kliwon)
Wukir, Ukir1
- Batara Mahayakti (Ahad Legi - Sabtu Pahing)
Kurantil, Kulantir1 -
Batara Langsur (Ahad Pon - Sabtu Wage)
Tolu, Tulu1 -
Batara Bayu (Ahad Kliwon - Sabtu Legi)
Gumbreg
- Batara Candra (Ahad Pahing - Sabtu Pon)
Warigalit, Wariga1 -
Batara Asmara (Ahad Wage - Sabtu Kliwon)
Warigagung, Warigadian1 -
Batara Maharesi (Ahad Legi - Sabtu Pahing)
Julungwangi, Julangwangi1 -
Batara Sambu (Ahad Pon - Sabtu Wage)
Sungsang
- Batara Gana Ganesa (Ahad Kliwon - Sabtu Legi)
Galungan, Dungulan1 -
Batara Kamajaya (Ahad Pahing - Sabtu Pon)
Kuningan
- Batara Indra. (Ahad Wage - Sabtu Kliwon) Pada minggu ini jatuh hari raya Kuningan
pada hari Sabtu-Kliwon.
Langkir
- Batara Kala (Ahad Legi - Sabtu Pahing)
Mandasiya, Medangsia1 -
Batara Brahma (Ahad Pon - Sabtu Wage)
Julungpujut, Pujut1 -
Batara Guritna (Ahad Kliwon - Sabtu Legi)
Pahang -
Batara Tantra (Ahad Pahing - Sabtu Pon)
Kuruwelut, Krulut1 -
Batara Wisnu (Ahad Wage - Sabtu Kliwon)
Marakeh, Merakih1 -
Batara Suranggana (Ahad Legi - Sabtu Pahing)
Tambir -
Batara Siwa (Ahad Pon - Sabtu Wage)
Medangkungan
- Batara Basuki (Ahad Kliwon - Sabtu Legi)
Maktal
- Batara Sakri (Ahad Pahing - Sabtu Pon)
Wuye, Uye1 -
Batara Kowera (Ahad Wage - Sabtu Kliwon)
Manahil, Menail1 -
Batara Citragotra (Ahad Legi - Sabtu Pahing)
Prangbakat
- Batara Bisma (Ahad Pon - Sabtu Wage)
Bala -
Batara Durga (Ahad Kliwon - Sabtu Legi)
Wugu, Ugu1 -
Batara Singajanma (Ahad Pahing - Sabtu Pon)
Wayang -
Batara Sri (Ahad Wage - Sabtu Kliwon)
Kulawu, Kelawu1 -
Batara Sadana (Ahad Legi - Sabtu Pahing)
Dukut
- Batara Sakri. Pada minggu ini jatuh hari Anggara Kasih pada hari Selasa
Kliwon yang dianggap keramat oleh orang Jawa. (Ahad Pon - Sabtu Wage)
Watugunung
- Batara Anantaboga. (Ahad Kliwon - Sabtu Legi)
Dalam minggu ini jatuh hari Jumat Kliwon
yang dianggap keramat oleh orang Jawa dan hari Saraswati yang dianggap suci
oleh orang Bali.
KALENDER SAKA
Kalender
Saka adalah sebuah kalender yang berasal dari India. Kalender ini merupakan
sebuah penanggalan syamsiah-kamariah (candra-surya) atau kalender luni-solar.
Era Saka dimulai pada tahun 78 Masehi. Nama bulan
Sebuah
tahun Saka dibagi menjadi dua belas bulan. Berikut nama bulan-bulan tersebut:
No Penanggalan Jawa Awal Akhir
1 Srawanamasa
Juli
Agustus
2 Bhadrawadamasa
Agustus
September
3 Asujimasa
September
Oktober
4 Kartikamasa
Oktober
November
5 Margasiramasa
November
Desember
6 Posyamasa
Desember
Januari
7 Maghamasa
Januari
Februari
8 Phalgunamasa
Februari
Maret
9 Cetramasa
Maret
April
10 Wesakhamasa
April
Mei
11 Jyesthamasa
Mei
Juni
12 Asadhamasa
Juni
Juli
Nama
musim
Di India satu
tahun dibagi menjadi enam musim, atau dengan kata lain setiap musim berlangsung
dua bulan. Berikut nama-nama musim
Warsa, musim
hujan bertepatan dengan Srawana dan Bhadrawada.
Sarat, musim
rontok, dan seterusnya.
Hemanta,
musim dingin
Sisira, musim
sejuk kabut
Basanta,
musim semi
Grisma, musim
panas
Tahun
Lunisolar
Berhubung bulan-bulan dalam kalender Saka
hanya terdiri dari 30 hari, maka tahun baru harus disesuaikan setiap tahunnya
untuk mengiringi daur perputaran matahari.
Sejarah
Kalender Saka
Kalender
Saka berawal pada tahun 78 Masehi dan juga disebut sebagai penanggalan
Saliwahana (Sâlivâhana). Kala itu Saliwahana yang adalah seorang raja ternama
dari India bagian selatan, mengalahkan kaum Saka. Tetapi sumber lain
menyebutkan bahwa mereka dikalahkan oleh Wikramaditya (Vikramâditya).
Wikramaditya adalah seorang musuh atau saingan Saliwahana, dia berasal dari
India bagian utara.
Mengenai
kaum Saka ada yang menyebut bahwa mereka termasuk sukabangsa turuki atau Tatar.
Namun ada pula yang menyebut bahwa mereka termasuk kaum Arya dari suku Scythia.
Sumber lain lagi menyebut bahwa mereka sebenarnya orang Yunani (dalam bahasa
Sanskerta disebut Yavana yang berkuasa di Baktria (sekarang Afganistan).
Kalender
Saka di Indonesia
Sebelum
masuknya agama Islam, para sukubangsa di Nusantara bagian barat yang terkena
pengaruh agama Hindu, menggunakan kalender Saka. Namun kalender Saka yang
dipergunakan dimodifikasi oleh beberapa sukubangsa, terutama suku Jawa dan
Bali. Di Jawa dan Bali kalender Saka ditambahi dengan cara penanggalan lokal.
Setelah agama Islam masuk, di Mataram, oleh Sultan Agung diperkenalkan kalender
Jawa Islam yang merupakan perpaduan antara kalender Islam dan kalender Saka. Di
Bali kalender Saka yang telah ditambahi dengan unsur-unsur lokal dipakai sampai
sekarang, begitu pula di beberapa daerah di Jawa, seperti di Tengger yang
banyak penganut agama Hindu.
KALENDER JAWA / MONGSO
Kalender
Jawa atau Penanggalan Jawa adalah sistem penanggalan yang digunakan oleh
Kesultanan Mataram dan berbagai kerajaan pecahannya dan yang mendapat
pengaruhnya. Penanggalan ini memiliki keistimewaan karena memadukan sistem
penanggalan Islam, sistem Penanggalan Hindu, dan sedikit penanggalan Julian
yang merupakan bagian budaya Barat.
Sistem
kalender Jawa memakai dua siklus hari: siklus mingguan yang terdiri dari tujuh
hari (Ahad sampai Sabtu) dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari
pasaran. Pada tahun 1625 Masehi (1547 Saka), Sultan Agung dari Mataram berusaha
keras menanamkan agama Islam di Jawa. Salah satu upayanya adalah mengeluarkan
dekrit yang mengganti penanggalan Saka yang berbasis perputaran matahari dengan
sistem kalender kamariah atau lunar (berbasis perputaran bulan). Uniknya, angka
tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan, tidak menggunakan perhitungan dari
tahun Hijriyah (saat itu 1035 H). Hal ini dilakukan demi asas kesinambungan,
sehingga tahun saat itu yang adalah tahun 1547 Saka diteruskan menjadi tahun
1547 Jawa.
Dekrit
Sultan Agung berlaku di seluruh wilayah Kesultanan Mataram: seluruh pulau Jawa
dan Madura kecuali Banten, Batavia dan Banyuwangi (=Balambangan). Ketiga daerah
terakhir ini tidak termasuk wilayah kekuasaan Sultan Agung. Pulau Bali dan
Palembang yang mendapatkan pengaruh budaya Jawa, juga tidak ikut mengambil alih
kalender karangan Sultan Agung ini.
Daftar bulan Jawa Islam
Di
bawah ini disajikan nama-nama bulan Jawa Islam. Sebagian nama bulan diambil
dari Kalender Hijriyah, dengan nama-nama Arab, namun beberapa di antaranya
menggunakan nama dalam bahasa Sanskerta seperti Pasa, Sela dan kemungkinan juga
Sura. Sedangkan nama Apit dan Besar berasal dari bahasa Jawa dan bahasa Melayu.
Nama-nama ini adalah nama bulan kamariah atau candra (lunar). Penamaan bulan
sebagian berkaitan dengan hari-hari besar yang ada dalam bulan hijriah,
misalnya Pasa berkaitan dengan puasa Ramadhan, Mulud berkaitan dengan Maulid
Nabi pada bulan Rabi'ul Awal, dan Ruwah berkaitan dengan Nisfu Sya'ban dimana
dianggap amalan dari ruh selama setahun dicatat.
No Penanggalan Jawa Lama Hari
1 Sura
30
2 Sapar
29
3 Mulud
30
4 Bakda
Mulud 29
5 Jumadilawal
30
6 Jumadilakir
29
7 Rejeb
30
8 Ruwah
(Arwah, Sab 29
9 Pasa
(Puwasa, Siyam, Ramelan) 30
10 Sawal
29
11 Sela
(Dulkangidah, Apit 30
12 Besar
(Dulkahijjah) 29/(30)
Total
354/(355)
Nama-nama bulan tersebut adalah sebagai berikut :
Warana • Sura, artinya rijal
Wadana • Sapar, artinya wiwit
Wijangga • Mulud, artinya kanda
Wiyana • Bakda Mulud, artinya ambuka
Widada •Jumadi Awal, artinya wiwara
Widarpa • Jumadi Akhir, artinya rahsa
Wilapa • Rejep, artiya purwa
Wahana • Ruwah, artinya dumadi
Wanana • Pasa, artinya madya
Wurana • Sawal, artinya wujud
Wujana • Sela, artinya wusana
Wujala • Besar, artinya kosong
Keterangan
Nama alternatif bulan Dulkangidah adalah
Sela atau Apit. Nama-nama ini merupakan peninggalan nama-nama Jawa Kuno untuk
nama musim ke-11 yang disebut sebagai Hapit Lemah. Sela berarti batu yang
berhubungan dengan lemah yang artinya adalah “tanah”. Lihat juga di bawah ini.
Daftar bulan Jawa matahari
Pada
tahun 1856 Masehi, karena penanggalan kamariah dianggap tidak memadai sebagai
patokan para petani yang bercocok tanam, maka bulan-bulan musim atau
bulan-bulan surya yang disebut sebagai pranata mangsa, dikodifikasikan oleh
Sunan Pakubuwana VII[1] atau penggunaannya ditetapkan secara resmi. Sebenarnya
pranata mangsa ini adalah pembagian bulan yang sudah digunakan pada zaman
pra-Islam, hanya saja disesuaikan dengan penanggalan tarikh kalender Gregorian
yang juga merupakan kalender surya, dan meninggalkan tarikh Hindu; akibatnya
umur setiap mangsa berbeda-beda.
No Penanggalan Jawa Awal Akhir
1 Kasa
23
Juni 2Agustus
2 Karo
3 Agustus 25Agustus
3 Katiga
(Katelu) 26
Agustus 18September
4 Kapat
19
September 13Oktober
5 Kalima
14
Oktober 9November
6 Kanem
10
November 22Desember
7 Kapitu
23
Desember 3Februari
8 Kawolu
4
Februari 1
Maret
9 Kasanga
2
Maret 26Maret
10 Kadasa
27
Maret 19
April
11 Dhesta*
20
April 12
Mei
12 Sadha*
13
Mei 22
Juni
Keterangan
Dalam bahasa Jawa Kuna mangsa kesebelas
disebut hapit lemah sedangkan mangsa keduabelas disebut sebagai hapit kayu.
Lalu nama dhesta diambil dari nama bulan ke-11 penanggalan Hindu dari bahasa
Sanskerta jyes.t.ha dan nama sadha diambil dari kata âs.âd.ha yang merupakan
bulan keduabelas.
Siklus windu
Oleh orang Jawa tahun-tahun digabung menjadi satu, yang terdiri dari delapan tahun Jawa. Setiap satuan ini terdiri atas 8 tahun Jawa dan disebut windu. Windu sendiri bergulir empat putaran (32 tahun Jawa) : Adi, Kuntara, Sangara, dan Sancaya. Di bawah disajikan nama-nama tahun dalam satu windu
# Nama Nama suro Hari
1 Alip
Selasa
Pon 354
2 Ehe
Sabtu
Pahing 355
3 Jimawal
Kamis
Pahing 354
4 Je
Senin
Legi 354
5 Dal
Jumat
Kliwon 355
6 Be
Rabu
Kliwon 354
7 Wawu
Ahad
Wage 354
8 Jimakir
Kamis
Pon 355
Total
2835
Jumlah 2835 hari genap dibagi 35 /selapan
(hari pasaran)
Nama-nama tahun tersebut adalah
sebagai berikut :
Purwana •
Alip, artinya ada-ada (mulai berniat)
Karyana • Ehe,
artinya tumandang (melakukan)
Anama • Jemawal,
artinya gawe (pekerjaan)
Lalana • Je, artinya
lelakon (proses, nasib)
Ngawana • Dal,
artinya urip (hidup)
Pawaka • Be, artinya
bola-bali (selalu kembali)
Wasana • Wawu,
artinya marang (kearah)
Swasana • Jimakir,
artinya suwung (kosong)
Pembagian pekan
Simbol siklus pasaran dalam
kalender jawa
Orang
Jawa pada masa pra Islam mengenal pekan yang lamanya tidak hanya tujuh hari
saja, namun dari 2 sampai 10 hari. Pekan-pekan ini disebut dengan nama-nama
dwiwara, triwara, caturwara, pañcawara (pancawara), sadwara, saptawara,
astawara dan sangawara. Zaman sekarang hanya pekan yang terdiri atas lima hari
dan tujuh hari saja yang dipakai, namun di pulau Bali dan di Tengger,
pekan-pekan yang lain ini masih dipakai.
Pekan
yang terdiri atas tujuh hari dihubungkan dengan sistem bulan-bumi. Gerakan
(solah) dari bulan terhadap bumi berikut adalah nama dari ke tujuh nama hari
tersebut :
Radite • Minggu,
melambangkan meneng (diam)
Soma • Senen,
melambangkan maju
Hanggara • Selasa,
melambangkan mundur
Budha • Rabu,
melambangkan mangiwa (bergerak ke kiri)
Respati • Kamis,
melambangkan manengen (bergerak kanan)
Sukra • Jumat,
melambangkan munggah (naik ke atas)
Tumpak • Sabtu, melambangkan temurun (bergerak turun)
Pekan yang terdiri atas lima
hari ini disebut sebagai pasar oleh orang Jawa dan terdiri dari hari-hari:
Legi
Pahing
Pon
Pon
Wage
Kliwon
Hari-hari pasaran merupakan
posisi sikap (patrap) dari bulan sebagai berikut :
Kliwon • Asih,
melambangkan jumeneng (berdiri)
Legi •
Manis, melambangkan mungkur (berbalik arah ke belakang)
Pahing • Pahit,
melambangkan madep (menghadap)
Pon • Petak,
melambangkan sare (tidur)
Wage • Cemeng,
melambangkan lenggah (duduk)
Kemudian
sebuah pekan yang terdiri atas tujuh hari ini, yaitu yang juga dikenal di
budaya-budaya lainnya, memiliki sebuah siklus yang terdiri atas 30 pekan.
Setiap pekan disebut satu wuku dan setelah 30 wuku maka muncul siklus baru
lagi. Siklus ini yang secara total berjumlah 210 hari adalah semua
kemungkinannya hari dari pekan yang terdiri atas 7, 6 dan 5 hari berpapasan.
Penampakan bulan dalam penanggalan jawa :
Tanggal 1 bulan Jawa, bulan kelihatan sangat kecil-hanya seperti garis,
ini dimaknakan dengan seorang bayi yang baru lahir, yang lama-kelamaan menjadi
lebih besar dan lebih terang.
Tanggal 14 bulan Jawa dinamakan purnama sidhi, bulan penuh melambangkan
dewasa yang telah bersuami istri.
Tanggal 15 bulan Jawa dinamakan purnama, bulan masih penuh tapi sudah
ada tanda ukuran dan cahayanya sedikit berkurang.
Tanggal 20 bulan Jawa dinamakan panglong, orang sudah mulai kehilangan
daya ingatannya.
Tanggal 25 bulan Jawa dinamakan sumurup,
orang sudah mulai diurus hidupnya oleh orang lain kembali seperti bayi
layaknya.
Tanggal 26 bulan Jawa dinamakan manjing, dimana hidup manusia kembali
ketempat asalnya menjadi rijal lagi.
Sisa hari sebanyak empat atau lima hari melambangkan saat dimana rijal
akan mulai dilahirkan kembali kekehidupan dunia yang baru.
terima kasih informasinya. Silahkan Kujungi juga Membaca Sifat dan Karakter Seseorang Berdasarkan Tanggal Dan Bulan Kelahirannya Secara Online. :)
BalasHapus