Rabu, 23 September 2015

Kalender wuku,saka dan pranata mongso



KALENDER WUKU


Wuku adalah bagian dari suatu siklus dalam penanggalan Jawa dan Bali yang berumur tujuh hari (satu pekan). Siklus wuku berumur 30 pekan (210 hari), dan masing-masing wuku memiliki nama tersendiri. Perhitungan wuku (bahasa Jawa: pawukon) masih digunakan di Bali dan Jawa, terutama untuk menentukan "hari baik" dan "hari buruk" serta terkait dengan weton.

Ide dasar perhitungan menurut wuku adalah bertemunya dua hari dalam sistem pancawara (pasaran) dan saptawara (pekan) menjadi satu. Sistem pancawara atau pasaran terdiri dari lima hari, sedangkan sistem saptawara terdiri dari tujuh hari. Dalam satu wuku, pertemuan antara hari pasaran dan hari pekan sudah pasti, misalkan hari Sabtu Pon terjadi dalam wuku Wugu. Menurut kepercayaan tradisional orang Bali dan Jawa, semua hari-hari ini memiliki makna khusus.


Daftar wuku

Nama-nama wuku yang tiga puluh didasarkan pada suatu kisah mengenai suatu kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Watugunung. Raja ini beristri Sinta dan memiliki 28 putra. Nama-nama semua tokoh inilah yang menjadi nama-nama setiap wuku. Setiap wuku dijaga oleh seorang dewa pelindung, memiliki pohon simbolik, hewan simbolik, tipe rumah (gedhong), candra ("penciri"), perlambang (dinyatakan dalam suatu peribahasa), ruwatan-nya (sedekah untuk menolak bala), kala sial (sengkala bilahi, situasi yang membawa petaka), dan dunung (arah mata angin yang membawa sial).

   

Sinta - Batara Yama (Ahad Pahing - Sabtu Pon)

Landep - Batara Mahadewa (Ahad Wage - Sabtu Kliwon)

Wukir, Ukir1 - Batara Mahayakti (Ahad Legi - Sabtu Pahing)

Kurantil, Kulantir1 - Batara Langsur (Ahad Pon - Sabtu Wage)

Tolu, Tulu1 - Batara Bayu (Ahad Kliwon - Sabtu Legi)

Gumbreg - Batara Candra (Ahad Pahing - Sabtu Pon)

Warigalit, Wariga1 - Batara Asmara (Ahad Wage - Sabtu Kliwon)

Warigagung, Warigadian1 - Batara Maharesi (Ahad Legi - Sabtu Pahing)

Julungwangi, Julangwangi1 - Batara Sambu (Ahad Pon - Sabtu Wage)

Sungsang - Batara Gana Ganesa (Ahad Kliwon - Sabtu Legi)

Galungan, Dungulan1 - Batara Kamajaya (Ahad Pahing - Sabtu Pon)

Kuningan - Batara Indra. (Ahad Wage - Sabtu Kliwon) Pada minggu ini jatuh hari raya         Kuningan pada hari Sabtu-Kliwon.

Langkir - Batara Kala (Ahad Legi - Sabtu Pahing)

Mandasiya, Medangsia1 - Batara Brahma (Ahad Pon - Sabtu Wage)

Julungpujut, Pujut1 - Batara Guritna (Ahad Kliwon - Sabtu Legi)

Pahang - Batara Tantra (Ahad Pahing - Sabtu Pon)

Kuruwelut, Krulut1 - Batara Wisnu (Ahad Wage - Sabtu Kliwon)

Marakeh, Merakih1 - Batara Suranggana (Ahad Legi - Sabtu Pahing)

Tambir - Batara Siwa (Ahad Pon - Sabtu Wage)

Medangkungan - Batara Basuki (Ahad Kliwon - Sabtu Legi)

Maktal - Batara Sakri (Ahad Pahing - Sabtu Pon)

Wuye, Uye1 - Batara Kowera (Ahad Wage - Sabtu Kliwon)

Manahil, Menail1 - Batara Citragotra (Ahad Legi - Sabtu Pahing)

Prangbakat - Batara Bisma (Ahad Pon - Sabtu Wage)

Bala - Batara Durga (Ahad Kliwon - Sabtu Legi)

Wugu, Ugu1 - Batara Singajanma (Ahad Pahing - Sabtu Pon)

Wayang - Batara Sri (Ahad Wage - Sabtu Kliwon)

Kulawu, Kelawu1 - Batara Sadana (Ahad Legi - Sabtu Pahing)

Dukut - Batara Sakri. Pada minggu ini jatuh hari Anggara Kasih pada hari Selasa Kliwon yang dianggap keramat oleh orang Jawa. (Ahad Pon - Sabtu Wage)

Watugunung - Batara Anantaboga. (Ahad Kliwon - Sabtu Legi)

Dalam minggu ini jatuh hari Jumat Kliwon yang dianggap keramat oleh orang Jawa dan hari Saraswati yang dianggap suci oleh orang Bali.


KALENDER SAKA



Kalender Saka adalah sebuah kalender yang berasal dari India. Kalender ini merupakan sebuah penanggalan syamsiah-kamariah (candra-surya) atau kalender luni-solar. Era Saka dimulai pada tahun 78 Masehi. Nama bulan



Sebuah tahun Saka dibagi menjadi dua belas bulan. Berikut nama bulan-bulan tersebut:

No    Penanggalan Jawa              Awal                       Akhir

1       Srawanamasa                     Juli                        Agustus

2       Bhadrawadamasa              Agustus               September

3       Asujimasa                        September              Oktober

4       Kartikamasa                     Oktober                November

5       Margasiramasa                  November            Desember

6       Posyamasa                       Desember             Januari

7       Maghamasa                      Januari                    Februari

8       Phalgunamasa                  Februari                   Maret

9       Cetramasa                         Maret                     April

10     Wesakhamasa                    April                        Mei

11     Jyesthamasa                       Mei                         Juni

12     Asadhamasa                       Juni                        Juli



Nama musim

Di India satu tahun dibagi menjadi enam musim, atau dengan kata lain setiap musim berlangsung dua bulan. Berikut nama-nama musim



Warsa, musim hujan bertepatan dengan Srawana dan Bhadrawada.

Sarat, musim rontok, dan seterusnya.

Hemanta, musim dingin

Sisira, musim sejuk kabut

Basanta, musim semi

Grisma, musim panas



Tahun Lunisolar

Berhubung bulan-bulan dalam kalender Saka hanya terdiri dari 30 hari, maka tahun baru harus disesuaikan setiap tahunnya untuk mengiringi daur perputaran matahari.





 Sejarah Kalender Saka


Kalender Saka berawal pada tahun 78 Masehi dan juga disebut sebagai penanggalan Saliwahana (Sâlivâhana). Kala itu Saliwahana yang adalah seorang raja ternama dari India bagian selatan, mengalahkan kaum Saka. Tetapi sumber lain menyebutkan bahwa mereka dikalahkan oleh Wikramaditya (Vikramâditya). Wikramaditya adalah seorang musuh atau saingan Saliwahana, dia berasal dari India bagian utara.

 Mengenai kaum Saka ada yang menyebut bahwa mereka termasuk sukabangsa turuki atau Tatar. Namun ada pula yang menyebut bahwa mereka termasuk kaum Arya dari suku Scythia. Sumber lain lagi menyebut bahwa mereka sebenarnya orang Yunani (dalam bahasa Sanskerta disebut Yavana yang berkuasa di Baktria (sekarang Afganistan).



Kalender Saka di Indonesia


 Sebelum masuknya agama Islam, para sukubangsa di Nusantara bagian barat yang terkena pengaruh agama Hindu, menggunakan kalender Saka. Namun kalender Saka yang dipergunakan dimodifikasi oleh beberapa sukubangsa, terutama suku Jawa dan Bali. Di Jawa dan Bali kalender Saka ditambahi dengan cara penanggalan lokal. Setelah agama Islam masuk, di Mataram, oleh Sultan Agung diperkenalkan kalender Jawa Islam yang merupakan perpaduan antara kalender Islam dan kalender Saka. Di Bali kalender Saka yang telah ditambahi dengan unsur-unsur lokal dipakai sampai sekarang, begitu pula di beberapa daerah di Jawa, seperti di Tengger yang banyak penganut agama Hindu.

 


KALENDER JAWA / MONGSO





Kalender Jawa atau Penanggalan Jawa adalah sistem penanggalan yang digunakan oleh Kesultanan Mataram dan berbagai kerajaan pecahannya dan yang mendapat pengaruhnya. Penanggalan ini memiliki keistimewaan karena memadukan sistem penanggalan Islam, sistem Penanggalan Hindu, dan sedikit penanggalan Julian yang merupakan bagian budaya Barat.


Sistem kalender Jawa memakai dua siklus hari: siklus mingguan yang terdiri dari tujuh hari (Ahad sampai Sabtu) dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran. Pada tahun 1625 Masehi (1547 Saka), Sultan Agung dari Mataram berusaha keras menanamkan agama Islam di Jawa. Salah satu upayanya adalah mengeluarkan dekrit yang mengganti penanggalan Saka yang berbasis perputaran matahari dengan sistem kalender kamariah atau lunar (berbasis perputaran bulan). Uniknya, angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan, tidak menggunakan perhitungan dari tahun Hijriyah (saat itu 1035 H). Hal ini dilakukan demi asas kesinambungan, sehingga tahun saat itu yang adalah tahun 1547 Saka diteruskan menjadi tahun 1547 Jawa.



Dekrit Sultan Agung berlaku di seluruh wilayah Kesultanan Mataram: seluruh pulau Jawa dan Madura kecuali Banten, Batavia dan Banyuwangi (=Balambangan). Ketiga daerah terakhir ini tidak termasuk wilayah kekuasaan Sultan Agung. Pulau Bali dan Palembang yang mendapatkan pengaruh budaya Jawa, juga tidak ikut mengambil alih kalender karangan Sultan Agung ini.




Daftar bulan Jawa Islam



Di bawah ini disajikan nama-nama bulan Jawa Islam. Sebagian nama bulan diambil dari Kalender Hijriyah, dengan nama-nama Arab, namun beberapa di antaranya menggunakan nama dalam bahasa Sanskerta seperti Pasa, Sela dan kemungkinan juga Sura. Sedangkan nama Apit dan Besar berasal dari bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Nama-nama ini adalah nama bulan kamariah atau candra (lunar). Penamaan bulan sebagian berkaitan dengan hari-hari besar yang ada dalam bulan hijriah, misalnya Pasa berkaitan dengan puasa Ramadhan, Mulud berkaitan dengan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal, dan Ruwah berkaitan dengan Nisfu Sya'ban dimana dianggap amalan dari ruh selama setahun dicatat.

No     Penanggalan Jawa                                   Lama Hari

1       Sura                                                                  30

2       Sapar                                                                29

3       Mulud                                                              30

4       Bakda Mulud                                                   29

5       Jumadilawal                                                     30

6       Jumadilakir                                                      29

7       Rejeb                                                                30

8       Ruwah (Arwah, Sab                                         29

9       Pasa (Puwasa, Siyam, Ramelan)                      30

10     Sawal                                                                29

11     Sela (Dulkangidah, Apit                                   30

12     Besar (Dulkahijjah)                                          29/(30)

                                                         Total               354/(355)





Nama-nama bulan tersebut adalah sebagai berikut :



    Warana • Sura, artinya rijal

    Wadana • Sapar, artinya wiwit

    Wijangga • Mulud, artinya kanda

    Wiyana • Bakda Mulud, artinya ambuka

    Widada •Jumadi Awal, artinya wiwara

    Widarpa • Jumadi Akhir, artinya rahsa

    Wilapa • Rejep, artiya purwa

    Wahana • Ruwah, artinya dumadi

    Wanana • Pasa, artinya madya

    Wurana • Sawal, artinya wujud

    Wujana • Sela, artinya wusana

    Wujala • Besar, artinya kosong



Keterangan

Nama alternatif bulan Dulkangidah adalah Sela atau Apit. Nama-nama ini merupakan peninggalan nama-nama Jawa Kuno untuk nama musim ke-11 yang disebut sebagai Hapit Lemah. Sela berarti batu yang berhubungan dengan lemah yang artinya adalah “tanah”. Lihat juga di bawah ini.



Daftar bulan Jawa matahari



Pada tahun 1856 Masehi, karena penanggalan kamariah dianggap tidak memadai sebagai patokan para petani yang bercocok tanam, maka bulan-bulan musim atau bulan-bulan surya yang disebut sebagai pranata mangsa, dikodifikasikan oleh Sunan Pakubuwana VII[1] atau penggunaannya ditetapkan secara resmi. Sebenarnya pranata mangsa ini adalah pembagian bulan yang sudah digunakan pada zaman pra-Islam, hanya saja disesuaikan dengan penanggalan tarikh kalender Gregorian yang juga merupakan kalender surya, dan meninggalkan tarikh Hindu; akibatnya umur setiap mangsa berbeda-beda.

No    Penanggalan Jawa                               Awal                 Akhir

1       Kasa                                                23 Juni                 2Agustus

2       Karo                                               3 Agustus           25Agustus

3       Katiga (Katelu)                              26 Agustus     18September

4       Kapat                                             19 September     13Oktober

5       Kalima                                           14 Oktober        9November

6       Kanem                                           10 November   22Desember

7       Kapitu                                             23 Desember       3Februari

8       Kawolu                                           4 Februari             1 Maret

9       Kasanga                                         2 Maret                  26Maret

10     Kadasa                                           27 Maret               19 April

11     Dhesta*                                          20 April                  12 Mei

12     Sadha*                                           13 Mei                    22 Juni



Keterangan

Dalam bahasa Jawa Kuna mangsa kesebelas disebut hapit lemah sedangkan mangsa keduabelas disebut sebagai hapit kayu. Lalu nama dhesta diambil dari nama bulan ke-11 penanggalan Hindu dari bahasa Sanskerta jyes.t.ha dan nama sadha diambil dari kata âs.âd.ha yang merupakan bulan keduabelas.




Siklus windu



Oleh orang Jawa tahun-tahun digabung menjadi satu, yang terdiri dari delapan tahun Jawa. Setiap satuan ini terdiri atas 8 tahun Jawa dan disebut windu. Windu sendiri bergulir empat putaran (32 tahun Jawa) : Adi, Kuntara, Sangara, dan Sancaya. Di bawah disajikan nama-nama tahun dalam satu windu
#       Nama                             Nama suro                                   Hari

1       Alip                               Selasa Pon                                   354

2       Ehe                               Sabtu Pahing                                355

3       Jimawal                       Kamis Pahing                                354

4       Je                                 Senin Legi                                     354

5       Dal                                Jumat Kliwon                               355

6       Be                                 Rabu Kliwon                                354

7       Wawu                           Ahad Wage                                   354

8       Jimakir                          Kamis Pon                                   355

                                                                                      Total    2835

Jumlah 2835 hari genap dibagi 35 /selapan (hari pasaran)




Nama-nama tahun tersebut adalah sebagai berikut :


    Purwana   • Alip, artinya ada-ada (mulai berniat)
    Karyana    • Ehe, artinya tumandang (melakukan)

    Anama      • Jemawal, artinya gawe (pekerjaan)

    Lalana       • Je, artinya lelakon (proses, nasib)

    Ngawana  • Dal, artinya urip (hidup)

    Pawaka     • Be, artinya bola-bali (selalu kembali)

    Wasana    • Wawu, artinya marang (kearah)

    Swasana   • Jimakir, artinya suwung (kosong)





Pembagian pekan


Simbol siklus pasaran dalam kalender jawa



Orang Jawa pada masa pra Islam mengenal pekan yang lamanya tidak hanya tujuh hari saja, namun dari 2 sampai 10 hari. Pekan-pekan ini disebut dengan nama-nama dwiwara, triwara, caturwara, pañcawara (pancawara), sadwara, saptawara, astawara dan sangawara. Zaman sekarang hanya pekan yang terdiri atas lima hari dan tujuh hari saja yang dipakai, namun di pulau Bali dan di Tengger, pekan-pekan yang lain ini masih dipakai.



Pekan yang terdiri atas tujuh hari dihubungkan dengan sistem bulan-bumi. Gerakan (solah) dari bulan terhadap bumi berikut adalah nama dari ke tujuh nama hari tersebut :



    Radite       • Minggu, melambangkan meneng (diam)

    Soma        • Senen, melambangkan maju

    Hanggara  • Selasa, melambangkan mundur

    Budha       • Rabu, melambangkan mangiwa (bergerak ke kiri)

    Respati     • Kamis, melambangkan manengen (bergerak kanan)

    Sukra        • Jumat, melambangkan munggah (naik ke atas)

    Tumpak    • Sabtu, melambangkan temurun (bergerak turun)





Pekan yang terdiri atas lima hari ini disebut sebagai pasar oleh orang Jawa dan terdiri dari hari-hari:


    Legi
    Pahing
    Pon
    Wage
    Kliwon




Hari-hari pasaran merupakan posisi sikap (patrap) dari bulan sebagai berikut :

    Kliwon    • Asih, melambangkan jumeneng (berdiri)


    Legi        • Manis, melambangkan mungkur    (berbalik                                     arah ke belakang)
    Pahing   • Pahit, melambangkan madep (menghadap)

    Pon        • Petak, melambangkan sare (tidur)

    Wage     • Cemeng, melambangkan lenggah (duduk)



Kemudian sebuah pekan yang terdiri atas tujuh hari ini, yaitu yang juga dikenal di budaya-budaya lainnya, memiliki sebuah siklus yang terdiri atas 30 pekan. Setiap pekan disebut satu wuku dan setelah 30 wuku maka muncul siklus baru lagi. Siklus ini yang secara total berjumlah 210 hari adalah semua kemungkinannya hari dari pekan yang terdiri atas 7, 6 dan 5 hari berpapasan.



Penampakan bulan dalam penanggalan jawa :



    Tanggal 1 bulan Jawa, bulan kelihatan sangat kecil-hanya seperti garis, ini dimaknakan dengan seorang bayi yang baru lahir, yang lama-kelamaan menjadi lebih besar dan lebih terang.

    Tanggal 14 bulan Jawa dinamakan purnama sidhi, bulan penuh melambangkan dewasa yang telah bersuami istri.

    Tanggal 15 bulan Jawa dinamakan purnama, bulan masih penuh tapi sudah ada tanda ukuran dan cahayanya sedikit berkurang.

    Tanggal 20 bulan Jawa dinamakan panglong, orang sudah mulai kehilangan daya ingatannya.

    Tanggal 25 bulan Jawa dinamakan sumurup, orang sudah mulai diurus hidupnya oleh orang lain kembali seperti bayi layaknya.

    Tanggal 26 bulan Jawa dinamakan manjing, dimana hidup manusia kembali ketempat asalnya menjadi rijal lagi.

    Sisa hari sebanyak empat atau lima hari melambangkan saat dimana rijal akan mulai dilahirkan kembali kekehidupan dunia yang baru.











1 komentar: